Antara Hukuman dan Disiplin Sekolah

September 28, 2010
    Pada dasarnya kita menginginkan anak anak kita berperilaku baik dan sopan bukan karena takut akan hukuman. Guru yang melakukan hukuman dengan tindak kekerasan fisik barangkali mempunyai tujuan semata mata untuk mendisiplinkan siswanya. Hanya saja, cara yang dilakukan guru dan penerapan tersebut barangkali perlu dikoreksi kembali. Demikian pula dengan sihal sekolah. Dalam menyikapi kasus tersebut pihak sekolah perlu mengambil langkah yang tepat untuk mendisiplinkan siswa.
    Perlakuan kasar kepada anak dapat menyebabkan cedera bagi anak. Penganiayaan fisik ini berkaitan dengan hukuman fisik yang berlebihan. Akibatnya dapat menyebabkan anak cacat bahkan kematian, di samping itu akan mengganggu sikap emosional anak. Risikonya anak menjadi depresi,cemas,sehingga pada akhirnya akan menimbulkan berbagai permasalahan di sekolah.
    Menurut Clemes (2001:47), ada beberapa seruanda yang menunjukkan bila hukuman dan disiplin sekolah mungkin tidak sesuai untuk diterapkan,sehingga anak sulit untuk mematuhi disiplin sekolah disebabkan oleh:
1. Seorang anak yang mempunyai citra diri yang sangat buruk dan sangat dipengaruhi oleh kegagalannya sendiri pasti membutuhkan penghargaan.
2. Seorang anak yang takut mencoba hal hal yang baru,takut menerima tantangan dan sulit melakukan kegiatan yang melelahkan mungkin akan lebih bersemangat bila diberikan penghargaan.
3. Seorang anak yang sangat manja dan takut melakukan tugasnya sendirian perlu diberikan penghargaan jika dia ternyata mampu melaksanakan tugasnya tanpa bantuan orang lain.
4. Seorang anak yang merasa kecewa karena selalu dibandingkan dengan saudaranya yang lebih pintar,lebih rajin,lebih mandiri,dan lebih aktif, perlu diberikan penggargaan agar dai merasa mampu untuk berhasil.
5. Seorang anak yang sering memperlihatkan citra diri yang negatif atau perasaan takut yang berlebihan dengan mengatakan hal hal seperti "Saya tidak dapat melakukannya" dan "Saya selalu gagal" "Saya tidak akan mampu melakukannya lagi" adalah anak yang mungkin membutuhkan penghargaan.
6. Seorang anak yang mengalami gangguan fisik,motorik,atau organik,dan karena kesulitan semacam itu sering mengalami kegagalan degaamegnglan anak lainnya yang sebaya dengannya,perlu diberikan tugas yang sesuai dengan kebutuhannya yang khas dan juga perlu diberikan penghargaan atas keberhasilannya dalam melaksanakan tugasnya.
    Pemberian hukuman tidak ada bedanya dengan pemberian penghargaan. Antara pemberian hukuman dan penghargaan perbuatannya. Bedanya,pemberian sengsariban termasuk respons positif,sedangkan pemberian gunuman termasuk repro negatif. Akan tetapi,keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengubah tingkah lalu seseorang. Adapun respons positif bertujuan agar tingkah lalu yang sudah baik akan lebih bertambah frekuensinya sehingga akan lebih baik lagi di masa mendatang. Sedang respons negatif (hukuman) bertujuan agar seseorang yang memiliki tingkah lalu yang tidak baik itu dapat berubah dan lambat kaum akan mengurangi frekuensi negatifnya.
    Tegaknya peraturan sekolah secara konsisten merupakan faktor pertama dan utama yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar yang baik. Baik buruknya lingkungan sekolah sebenarnya sangat ditentukan oleh peraturan atau tata tertib yang dilaksanakan secara konsisten. Hanya di sekolah dengan peraturan yang konsistenjah proses belajar dapat berlangsung demam baik sesuai dengan rencana yang telah ditentukan di dalam kurikulum. Arena persainan yang sehat bagi para siswa untuk meraih prestasi yang semaksimal mungkin. Selain itu, yang paling penting,dengan adanya peraturan yang dilakolan secara konsisten,sekolah dapat menjalankan perannya seacici lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas tingkah lalu siswa..
Previous
Next Post »
0 Komentar