Sebelum       membahas tentang perayaan Natal dan segala konfrontasi yang  menyertainya,      terlebih dahulu perlu saya jelaskan latar belakang kesejarahan Yesus  itu      sendiri. Bahwa Yesus memang lahir dan hidup dikalangan bangsa  Yahudi. Oleh      karena itu, untuk bisa memahami sosok Yesus, harus paham terlebih  dahulu      bangsa Yahudi.     
                                                                                                                                                                                    
            Bangsa  Yahudi      berkeyakinan bahwa mereka adalah “bangsa pilihan” Tuhan.      Tuhan       menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kepentingan dan  kesejahteraan      mereka. Dan mereka merasa sebagai subjek, sedangkan bangsa lain  cukup      sebagai pelengkap penderita. Lebih lanjut hanya diri mereka yang  dianggap      ”manusia, sedangkan bangsa lain hanyalah pembantu, budak, bahkan  anjing.       Keyakinan seperti itulah yang membuat mereka lebih dari bangsa lain,       sombong, pongah, keras kepala bahkan kejam.
                  Pernyataan-pernyataan seperti tersebut diatas bukan sebuah  dramatisasi      belaka, melainkan bersumber dari Bibel sendiri, diantaranya:
          ”Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan iman dan bangsa yang kudus.  Inilah      semunya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.”
          (Keluaran 19:6).
          ’Engkau akan diberkati lebih daropada segala bangsa” 
          (Ulangan 7:14).
          ”Engkau harus melenyapkan segala bangsa yang diserahkan kepadamu  oleh Tuhan,      Allahmu: janganlah engkau merasa sayang kepada mereka....”
          (Ulangan 7:16).
          ”Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro Fenesia. Ia memohon kepada  Yesus      untuk mengusir setan itu dan anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya :       ”Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti  yang      disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing. ”Tetapi      perempuan itu menjawab: ”Benar Tuhan. Tetapi anjing yang dibawah  meja juga      makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. ”Maka  kata Yesus  kepada      perempuan itu: ” Karena kata-katamu itu pergilah sekarang sebab  setan itu      sudah keluar dari anakmu.”
          (Markus 7:26-29).
                  Pernyataan-pernyataan Bibel tersebut di atas menjelaskan betapa  bangsa      Yahudi menganggap diri mereka istimewa, yaitu ”bangsa pilihan  Tuhan”. Oleh      karena itu mereka boleh berbuat apa saja terhadap bangsa lain,  termasuk      membantai (melenyapkan). Dan semua itu dilakukan atas nama Tuhan.      
     Namun  adakah      suatu bangsa yang rela terus menerus ditindas dijajah ataupun  diperbudak?.      Demikian pula dengan bangsa Falestin, penduduk asli negeri itu, yang  setelah      melalui perjuangan berat akhirnya bangsa Falestin menang. Kemenangan  bangsa      Falestin tersebut membuat keadaan menjadi terbalik. Bangsa Yahudi-  sang      penindas- kini dalam bayang-bayang tertindas. Maka mereka memohon  agar       Yahwe (Tuhan Israel) segera mengutus seorang Al-Masih (Juru Selamat)  agar      mereka jaya dan berkuasa lagi.
     Sederetan       Al-Masih 
           Dari      Bibel, khususnya dalam perjanjian lama, akan kita dapatkan bahwa  Al-Masih      itu bukan hanya Yesus, mereka natara lain :
     1.         Saul Al-Masih
     Saul  yang      berhasil mengalahkan Filistin diangkat sebagai Al-Masih:
          ”Bukankan Tuhan telah mengurapi engkau menjadi Raja atas umatnya  Israel?      Engkau akan memegang Tampuk Pemerintahan atas umat Tuhan, dan engkau  akan      menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh disekitarnya. Inilah  tandanya      bagimu, bahwa Tuhan telah mengurapi engkau menjadi Raja atas  miliknya      sendiri
     (I      Samuel 10:1)
     2.         Harun Al-Masih
     Setelah  Saul      menjadi Al-Masih maka Harun (saudara Musa) juga diangkat sebagai  Al-Masih.     
     ”Kemudian       ditungkannya sedikit dari minyak urapan itu ke atas kepala Harun dan  di      urapinyalah dia untuk menguduskannya”.
     (Imamat       8:12)
     3.         Elisa Al-Masih
     Kehadiran       seorang Al-Masih untuk masa ini ternyata tidak cukup, maka setelah  Harun      menjadi Al-Masih, Elisa pun diangkat menjadi Al-Masih. 
          ”Juga Yehu, cucu Nimzi, haruslah kau urapi menjadi Raja atau Israel,  dan      Elisa bin Safat dari Abel Mahola, harus kau urapi menjadi Nabi  mengggantikan      engkau”
     (I      Raja-Raja 19;16)
     4.         Daud Al-Masih
     Setelah  Saul      meninggal dunia maka sesepuh suku-suku Israel menggangkat Daud  sebagai      Al-Masih.
          ”Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap Raja, lalu Raja Daud      mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron, di hadapan Tuhan;  kemudian      mereka mengurapi Daud menjadi Raja atas Israel”
     (II      Samuel 5:3)
     5.         Salomo Al-Masih
     Setelah  Daud      meninggal dunia, maka Salomo putra Daud diangkat sebagai tercantum  dalam I      Raja-Raja 1:39
          ”Imam Zadok telah membawa tanduk berisi minyak dari dalam kemah,  lalu      diurapinya Salomo. Kemudian sangkakala ditiup, dan seluruh rakyat  berseru”      Hidup  Raja Salomo”.
     6.         Koresy Al-Masih
     Raja  Syrus      penyembah berhala ini diangkat sebagai Al-Masih setelah meninggalnya  Salomo.
          ”Beginilah firman Tuhan : Inilah firmanku kepada orang yang kuurapi,  kepada      Koresy yang tangan kananya kupegang supaya aku menundukkan  bangsa-bangsa di      depannya dan melucuti Raja-Raja, supaya aku membuka pintu-pintu di  depannya      dan supaya pintu gerbang tidak tinggal tertutup.”
          (Yesaya 45:1)
     Ayat  ini      dialamatkan Raja Syrus yang pagan, untuk memenuhi kerinduan akan  datangnya      penyelamat, walaupun pada kenyataannya ayat tersebut adalah nubuat  dari nabi      Yesaya akan datangnya seorang Koresy (Quraisy) sebagai nabi akhir  yaitu Nabi      Muhammad SAW. Amatlah mustahil jika Tuhan menyayangi seorang kafir  untuk      diurapi. Apabila ternyata bahwa belum lama bangsa Yahudi dipimpin  oleh      Al-Masih yang kafir, situasi keamanan dan politik berubah kembali  dengan      datangnya serbuan pasukan Romawi. Maka kembali lagi seperti pada  peristiwa      sebelumnya, yakni ketika bangsa Israel menangis, meraung dan memohon  kepada      Yahwe untuk diberi Al-Masih atau seorang juru selamat untuk  membebaskan      mereka dari cengkraman bangsa Romawi. Maka mereka berangan-angan dan       menyusun kriteria Al-Masih. 
               Orang-orang Israel akhirnya mengadakan kesepakatan bahwa Al-Masih  adalah      seorang yang merupakan:
     1.          Raja-raja terdahulu yang dianggap ”Bangkit” dari kuburnya,  antara      lain : Daud Yesekhiel, Yosafat, atau 
     2.          Nabi yang ”dibangkitkan ”, misalnya Elia atau Elisa.
     3.          (Harus) keturunan Daud dan Sulaiman.
     Disamping       tiga kriteria tersebut, bangsa Israel mempunyai penghayatan bahwa  kelahiran      seorang pahlawan (Juru Selamat)  haruslah lahir dari seorang  perawan,      sebagaimana pahlawan-pahlawan bangsa terdahulu yang juga trelahir  dari      seorang perawan. 
     Yesus       Keturunan Daud?
     Bibel  selalu      mengatakan bahwa Yesus adalah anak Daud.      Nubuat       tentang keturunan Daud akan berkuasa antara lain: II Samuel 7:12-13  dan I      Tawarikh 17:11-12 
          ”Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapatkan perhentian      bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka aku akan membangkitkan  keturunanmu      yang kemudian, anak kandungmu, dan aku akan mengokohkan kerajaannya.  Dialah      yang akan mendirikan rumah bagi nama Ku dan Aku akan mengokohkan  tahta      kerajaannya untuk selama-lamanya”
     Demikian       pula Kisah Para Rasul 2:30
                   ”.....Bahwa ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud  sendiri      diatas tahtanya”.
     Padahal,       dengan garis keturunannya (silsilah), terbukti bahwa Yesus bukan  keturunan      Daud, karena Maryam bukan keturunan Daud. Yang merupakan keturunan  Daud      adalah Yusuf, yang oleh Bibel disebut tunagan  Maria (Mariam),  silsilah itu      juga mengandung perbedaan. Matius (1:6-16) menurut 28 orang  sedangkan Lukas      (3:23-31) 43 orang. Jadi terdapat selisih 15 generasi perhatikan  silsilah      Yesus pada      lampiran.
     Lantas       mengapa Bibel membuat kekeliruan seperti itu? Sejarah mengatakan  bahwa      bangsa Israel merasa dirinya sebagai ”bangsa pilihan” telah  berabad-abad      mengalami penindasan dan penjajahan bangsa-bangsa Bobilonia, Yunani,  Siria      dan Romawi. Oleh karena itu mereka selalu terkenang pada zaman  keemasan      dibawah pimpinan Daud dan berharap datangnya ”Raja Israel” dari  keturunan      Daud yang akan melepaskan mereka dari kesengsaraan.
     Jelas  bahwa      pengikatan Isa-Yusuf-Daud adalah rekayasa untuk melegitimasi bahwa  Yesus      adalah keturunan Daud, Al Masih yang dinanti-nantikan sebagai juru  selamat.

0 Komentar